عَنْ ابْنِ سِيرِينَ، قَالَ: قُلْتُ لِعَبِيدَةَ، عِنْدَنَا، مِنْ شَعَرِ
النَّبِيِّ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَصَبْنَاهُ، مِنْ قِبَلِ
أَنَسٍ، أَوْ مِنْ قِبَلِ أَهْلِ أَنَسٍ
فَقَالَ لَأَنْ تَكُونَ عِنْدِي شَعَرَةٌ مِنْهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ
الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
(صحيح البخاري)
Dari Ibn Siiriin (ra) berkata, kukatakan pada Ubaidah (ra) aku
memiliki sehelai Rambut Nabi SAW, kudapatkan dari Anas (ra) atau dari
keluarga Anas (ra), maka ia berkata (Ubaidah ra): Jika kumiliki sehelai
Rambut beliau SAW lebih kusukai dari dunia dan segala isinya” (Shahih
Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ
اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا
لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي
الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ
بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur,
Yang Maha Melimpahkan kemuliaan dan rahmatNya di setiap waktu kepada
hamba-hambaNya yang beriman atau yang tidak beriman, kepada
hamba-hambaNya yang shalih ataupun yang tidak, bahkan kepada semua
makhluk yang di muka bumi selain manusia seperti hewan dan tumbuhan,
atau makhluk-makhluk yang tidak bergerak seperti bebatuan, atau debu dan
lainnya, sehingga kesemua makhluk yang berada di langit dan di bumi
mengagungkan nama Yang Maha Luhur dan Mulia, maka janganlah kita
menganggap benda-benda mati yang ada di muka bumi ini hanya sekedar
benda mati yang tidak bergerak, akan tetapi kesemuanya berdzikir, memuji
dan mengagungkan nama Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman
Allah subhanahu wata’ala :
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ
مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ
تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
( الإسراء : 44 )
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya
bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih
dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak memahami tasbih mereka.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. ( QS.Al
Israa: 44 )
Dan hal tersebut, telah ditemukan oleh para Ilmuwan di zaman ini yang
mengatakan bahwa semua benda memilki suara, baik itu adalah benda hidup
atau pun benda mati seperti hewan, tumbuhan atau bebatuan dan lainnya,
kesemuanya memiliki frekuensi suara masing-masing, dan kesemuanya
memilki suara namun sebagian suara tersebut tidak difahami dan tidak
terdengar oleh manusia, yang mana suara-suara tersebut adalah pujian
terhadap keagungan nama Allah, kesemua benda atau sesuatu yang tidak
terdengar oleh kita frekuensi suaranya termasuk sel tubuh kita,
sesungguhnya kesemuanya itu selalu memanggil dan menyeru namaNya di
setiap waktu dan kejap, sehingga tidak pernah terlepas dari dzikir
kepada Allah subhanahu wata’ala. Akan tetapi banyak dari manusia yang
kenyataannya mereka adalah makhluk hidup, justru mereka lalai dan lupa
kepada Allah dikarenakan hati mereka yang mati, sehingga lebih mati dari
benda-benda yang mati, karena benda-benda mati sebenarnya hidup dan
senantiasa berdzikir dan memuji keagungan nama Allah subhanahu wata’ala.
Maka selayaknyalah kehidupan di dunia yang sementara ini tidak
dilewatkan dalam kelalaian dari mengingat Allah subhanahu wata’ala,
serta berhati-hatilah dalam menjalani kehidupan dunia ini, sebagaimana
di dalamnya terdapat anugerah dan musibah yang pasti akan dihadapi oleh
manusia. Tidak ada kehidupan tanpa anugerah atau permasalahan, sehingga
Allah subhanahu wata’ala menciptakan siang dan malam sebagai pelajaran
kepada manusia bahwa kehidupan di dunia ini akan selalu terdapat
perubahan dalam setiap waktu dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala
Yang Maha Mampu merubah segala sesuatu. Sebagaimana perubahan yang
terjadi pada jasad manusia, dimana setiap sel-sel di tubuh manusia
tumbuh dan berkembang dalam setiap detiknya. Manusia tidak akan mampu
mengatur perubahan dalam tubuhnya, tidak mampu mengatur detak jantung,
tidak mampu mengatur pertumbuhan sel-sel di dalam tubuhnya, tidak mampu
mengatur setiap nafas dan lainnya, namun Allah subhanahu wata’ala dengan
mudah mampu mengatur hal-hal tersebut. Maka dalam setiap nafasnya
manusia selalu berada dalam asuhan kasih sayang Allah subhanahu
wata’ala, sehingga Allah memberikan pengajaran kepada manusia dengan
adanya alam dan segala yang ada di dalamnya serta sifat-sifatnya seperti
air, tanah, api, udara, cahaya, kegelapan, serta sifat-sifat makhluk
lain yang Allah ciptakan seperti malaikat, syaitan, binatang dan
tumbuhan, Allah jadikan sifat-sifat tersebut ada dalam hati setiap
manusia. Dan Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits qudsi :
مَا وَسِعَنِيْ أَرْضِيْ وَلَا سَمَائِيْ وَلَكِنْ وَسِعَنِيْ قَلْبُ عَبْدِي الْمُؤْمِنِ
“ Tidak dapat menampung-Ku (rahasia keluhuran Allah) bumi-Ku
atau langit-Ku, akan tetapi mampu menampung-Ku hati hamba-Ku yang
beriman”
Maka sanubari seorang yang beriman lebih luas dan kuat dari seluruh
alam semesta, karena mampu menampung keluhuran dan cahaya keagungan
Allah subhanahu wata’ala, yang mana tidak mampu ditampung oleh alam
semesta, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآَنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا
مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا
لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
( الحشر : 21 )
“Jika Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung,
niscaya engkau akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut
kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia
supaya mereka berpikir”. ( QS. Al Hasyr : 21 )
Gunung akan hancur jika diturunkan kepadanya Al qur’an karena takut
pada kewibawaan Allah subhanahu wata’ala, namun sanubari manusia yang
beriman mampu menerima dan menampung kewibawaan Allah, kecintaan dan
kasih sayang Allah, dan segala sifat keluhuran Allah subhanahu wata’ala
Yang Maha Sempurna dan Maha memilki segala kesempurnaan, Maha Memiliki
segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, akan tetapi waspadalah
jangan sampai sanubari kita terbawa ke dalam sifat-sifat yang tidak baik
dari mahkluk yang Allah ciptakan. Sebagaimana dalam setiap hati manusia
terdapat sifat-sifat dari segala makhluk, seperti sifat pemarah, dimana
sifat ini dikiaskan sebagai sifat seekor anjing, dan hawa nafsu atau
syahwat dikiaskan sebagai sifat dari seekor babi, yang mana hewan-hewan
tersebut dihukumi sebagai hewan yang najis, akan tetapi tidak satu pun
dari hewan tersebut yang memprotes kepada Allah karena telah diciptakan
sebagai hewan yang najis, padahal hewan-hewan tersebut senantiasa
berdzikir dan mengagungkan nama Allah subhanahu wata’ala. Tentunya hewan
tidak lebih baik dari kita sebagai manusia, akan tetapi justru kita
sering lalai dari mengingat Allah dan barangkali di dalam hati kita
sering memprotes akan ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Allah
kepada kita. Kelak di akhirat manusia akan muncul dalam wujud yang
sesuai dengan keadaan sanubarinya hari-hari yang terlewatkan dalam
kehidupannya di dunia, apakah muncul dalam bentuk hewan ataukah muncul
dalam bentuk manusia yang bercahaya?!. Maka perhatikanlah waktu dan
hari-hari yang kita lewatkan dalam kehidupan kita, apakah terlewatkan
dalam keluhuran atau dalam kehinaan?!. Maka jadikanlah panutan kita
adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, manusia yang
paling ramah terhadap semua makhluk Allah subhanahu wata’ala, dimana
segala tuntunan dari perbuatan dan perkataannya adalah bimbingan dari
Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam :
أَدَّبَنِيْ رَبِّيْ فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبِيْ
“Tuhanku telah mendidikku dan Dia mendidikku dengan sebaik baik-baik pendidikan”.
Allah subhanahu wata’ala telah membimbing dan mengajari nabi Muhammad
adab bahkan terhadap butiran tanah yang beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam menginjakkan kaki diatasnya untuk berjalan perlahan-lahan dan
tidak menghentakkan kaki di bumi, sebagaimana firmanNya subhanahu
wata’ala :
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا
( الفرقان : 63 )
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (adalah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati”. ( QS. Al
Furqan : 63 )
Saat ini banyak ummat Islam di dunia yang dibuat murka akan perbuatan
orang-orang yang menghina dan melecehkan nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Tentunya kita semua mencintai nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi jangan kita jadikan emosi kita
ummat islam dikendalikan oleh mereka orang-orang yang tidak menyukai
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga mereka dengan mudah
dapat membuat ummat Islam marah atau tenang sesuai keinginan mereka,
yang semestinya merekalah yang kita seru kepada kemuliaan bukan justru
kita yang dikendalikan oleh mereka, dan hal itu pun (penghinaan terhadap
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) tidak akan terjadi kecuali
dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala, dan hal tersebut juga telah
terjadi 14 abad yang silam di masa hidup beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam. Maka dalam menghadapi hal ini, kita jadikan nama beliau
shallallahu ‘alaihi wasalam semakin menjadi harum dan indah dengan
mengenalkan budi pekerti luhur beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
kepada keluarga, kerabat dan teman-teman kita. Jangan sampai kita yang
semasa di dunia seakan-akan adalah orang yang paling mencintai nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, justru lebih menghinakan nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam daripada orang-orang yang
tampaknya telah menghina nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
karena kita terpancing emosi dan kemarahan yang mengakibatkan kerusakan
dan kehancuran disekitarnya. Dan hal ini kelak akan terungkap di hari
kiamat, di saat kita dihisab oleh Allah dan disaksikan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ketika nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam ditanya oleh Allah apakah ummat beliau melakukan
perbuatan-perbuatan tersebut (kerusakan dan kehancuran yang disebabkan
kemarahan akan hinaan terhadap nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam), maka nabi Muhammad harus membenarkan setiap pertanyaan Allah
akan perbuatan yang telah dilakukan ummatnya ketika di dunia. Maka
perbuatan dosa tersebut kelak di hari kiamat akan mempermalukan nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan Allah subhanahu
wata’ala. Maka kendalikanlah emosi dalam menghadapi peristiwa tersebut,
dengan berfikir yang manakah perbuatan yang membawa manfaat atau
keburukan. Dan hal tersebut Allah subhanahu wata’ala izinkan untuk
terjadi?, karena ummat Islam banyak yang telah melupakan nabi mereka
shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga kejadian tersebut membuat mereka
ingin lebih mengetahui nabi mereka, betulkah nabi mereka seperti yang
orang-orang tuduhkan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam,
sehingga dengan itu mereka akan lebih mempelajari sirah dan
akhlak-akhlak nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, begitu juga
orang-orang yang di luar Islam pun akan tertarik perhatian mereka untuk
mengetahui apakah betul demikian sosok nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, sehingga mereka pun akan mencari tahu dan mempelajari tentang
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana dengan hal
tersebut mereka akan mengenal dan mengetahui bahwa seorang (nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) yang dihina dan dilecehkan itu
adalah sosok manusia yang paling baik, manusia yang paling ramah dan
berlemah lembut kepada semua orang baik yang seagama dengannya atau pun
orang yang berbeda agama dengannya, bahkan terhadap musuh-musuhnya
sekalipun. Dan bulan Dzulqa’dah ini mengingatkan kita pada perjanjian
Hudaibiyah yang terjadi di bulan Dzulqa’dah tahun 6H, dimana ketika itu
1500 muslimin menuju ke Makkah untuk melaksanakan ibadah umrah, namun
dihalangi oleh orang kafir quraisy, padahal kaum muslimin disaat itu
tidak ada yang membawa senjata apapun atau peralatan perang yang
lainnya, karena mereka hanya ingin melakukan ibadah Umrah dan Haji,
namun kuffar quraisy tetap tidak memberi izin untuk masuk ke Makkah,
sehingga mereka membuat perjanjian yang menguntungkan fihak quraisy,
yang mana diantara perjanjian tersebut adalah jika kaum muslimin yang di
Makkah akan berangkat ke Madinah maka harus dengan seizin para pembesar
quraisy, akan tetapi penduduk Madinah yang ingin ke Makkah dan masuk
pada agama quraisy maka tidak boleh dihalangi dan dilarang. Adapun
hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa tersebut adalah kesabaran
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin akan tindakan
kuffar quraisy terhadap mereka dalam perjanjian Hudaibiyah tersebut yang
sangat menyakitkan kaum muslimin, sehingga 2 tahun setelahnya
terjadilah fath Makkah di tahun 8 H, dan jumlah muslimin di saat itu
adalah 10.000, sehingga dengan jumlah yang besar tersebut kaum kuffar
quraisy tidak lagi mampu untuk menghalangi mereka ketika memasuki kota
Makkah, dan ketika itu mereka juga tidak membawa senjata apa pun.
Kemudian 2 tahun setelah kejadian Fath Makkah yaitu tahun 10 H
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan haji wada’ (haji
perpisahan) bersama 120.000 kaum muslimin. Demikian pesat perkembangan
Islam sebab budi pekerti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Adapun
riwayat yang tadi kita baca menunjukkan kemuliaan cinta para sahabat
terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana sayyidina
Ubaidah merasa sangat cemburu terhadap Ibn Sirin yang memilki dan
menyimpan sehelai rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
sehingga baginya jika memilki sehelai rambut Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam maka itu lebih ia cintai dari dunia dan seisinya, sebab
kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dijelaskan
oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani dalam Fath Al Bari bisyarh Shahih Al
Bukhari bahwa Ibn Sirin adalah putra Sirin yang ia adalah pembantu
sayyidina Anas bin Malik Ra, dan sayyidina Anas bin Malik adalah
pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mana Rasulullah
jadikan sebagai anak angkat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Demikian kecintaan para sahabat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, sehingga setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
melakukan tahallul di saat Haji Wada’ maka tidak sehelai pun dari rambut
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang terjatuh ke bumi, akan tetapi
helaian rambut-rambut beliau terjatuh di tangan para sahabat
Radhiyallahu ‘anhum.
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga
Allah mengabulkan seluruh hajat kita, menghapus seluruh dosa-dosa kita,
menjauhkan kita dari segala musibah dan permasalahan, serta mempermudah
kita dalam mencapai keluhuran, kemuliaan, kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ
إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ
إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ
السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا
نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ
تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar