“Mulutmu Harimaumu”,
begitu kata pribahasa dulu. Artinya, 
jika kita salah berucap, bisa2 mulut kita membinasakan kita. Dari 
sekedar pertengkaran, perceraian, perkelahian, hingga pembunuhan bisa 
berasal dari lidah/ucapan yang tajam.
Dalam Islam juga kita disuruh menjaga 
lidah kita. Betapa banyak orang yang masuk neraka akibat tidak bisa 
menjaga lidah. Suka mencaci-maki orang lain.
Allah Ta’ala berfirman: 
“Janganlah sebagian diantara engkau semua itu mengumpat sebagian yang 
lainnya. Sukakah seorang diantara engkau semua makan daging saudaranya 
dalam keadaaan ia sudah mati, maka tentu engkau semua membenci -karena 
jijik terhadap perbuatan tersebut-. Takutlah kepada Allah, sesungguhnya 
Allah adalah Maha Menerima taubat lagi Penyayang.” (al-Hujurat: 12)
Allah Ta’ala
 juga berfirman: “Tidaklah seorang itu mengucapkan sesuatu ucapan, 
melainkan di sisinya ada malaikat Raqib -pencatat kebaikan- dan ‘Atid 
-pencatat keburukan-.” (Qaf: 18)
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w.,
 sabdanya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka 
hendaklah ia berkata yang baik atau -kalau tidak dapat berkata yang 
baik-, hendaklah ia diam saja.” (Muttafaq ‘alaih)
Allah SWT berfirman, “Dan 
orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki atau perempuan 
tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah 
memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. AlAhzab:58)
“Mencela sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran” (Bukhari no.46,48, muslim no. .64,97, Tirmidzi no.1906,2558, Nasa’I no.4036, 4037, Ibnu Majah no.68, Ahmad no.3465,3708)
Ada yang dengan dalih mengajak ke 
sunnah, memurnikan Tauhid, dsb tapi justru mencaci ummat Islam dengan 
kata-kata: “Ahlul Bid’ah”, Musyrik, Sesat, dan sebagainya. Bukannya 
mengikuti sunnah, akhirnya justru melanggar perintah Allah dan RasulNya 
karena Allah melarang kita mencela sesama Muslim:
“(Orang-orang munafik itu) yaitu
 orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan
 sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk 
disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik 
itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan 
untuk mereka azab yang pedih.” [At Taubah 79]
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela” [Al Humazah 1]
“Dan janganlah kamu ikuti setiap
 orang yang banyak bersumpah lagi hina,yang banyak mencela, yang kian ke
 mari menghambur fitnah” [Al Qalam 10-11]
Dari Abu Musa r.a., katanya: “Saya 
berkata: “Ya Rasulullah, manakah kaum Muslimin itu yang lebih utama?” 
Beliau s.a.w. menjawab: “Yaitu yang orang-orang Islam lainnya merasa 
selamat daripada gangguan lisannya -yakni pembicaraannya- serta dari 
tangannya.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Sahl bin Sa’ad r.a., katanya: 
“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang dapat memberikan jaminan 
kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada diantara kedua tulang 
rahangnya -yakni mulut- serta antara kedua kakinya -yakni kemaluannya-, 
maka saya memberikan jaminan syurga untuknya.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Hurairah r.a. 
bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya seorang 
hamba itu berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia fikirkan -baik 
atau buruknya-, maka dengan sebab perkataannya itu ia dapat tergelincir 
ke neraka yang jaraknya lebih jauh daripada jarak antara sudut timur dan
 sudut barat.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi 
s.a.w., sabdanya: “Sesungguhnya seorang hamba itu mengatakan suatu 
perkataan dari apa-apa yang diridhai oleh Allah Ta’ala yang ia sendiri 
tidak banyak mengambil perhatian dengan kata-katanya, lalu Allah 
mengangkatnya dengan beberapa derajat. Dan sesungguhnya seorang hamba 
itu mengatakan suatu perkataan dari apa-apa yang menyebabkan kemurkaan 
Allah Ta’ala yang ia sendiri tidak banyak mengambil perhatian dengan 
kata-katanya, lalu orang itu terjatuh dalam neraka Jahanam sebab 
kata-katanya tadi.” (Riwayat Bukhari)
Dari Abu Abdur Rahman yaitu Bilal bin 
al-Harits al-Muzani r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: 
“Sesungguhnya seseorang itu berkata dengan suatu perkataan dari apa-apa 
yang diridhai oleh Allah Ta’ala, ia tidak mengira bahwa perkataan itu 
akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Allah mencatat 
untuknya bahwa ia akan memperoleh keridhaanNya sampai pada hari ia 
menemuiNya -yakni hari kematiannya atau pada hari kiamat nanti-. Dan 
sesungguhnya seorang itu berkata dengan suatu perkataan dari apa-apa 
yang menjadikan kemurkaan Allah, ia tidak mengira bahwa perkataan itu 
akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Allah 
mencatatkan untuknya bahwa ia akan memperoleh kemurkaanNya sampai pada 
hari ia menemuiNya.” Diriwayatkan oleh Malik dalam kitab Al-Muwaththa’ 
dan juga oleh Imam Tirmidzi
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: 
“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang dijaga oleh Allah akan 
keburukannya yang ada diantara kedua rahangnya -yakni mulut- dan 
keburukannya apa yang ada diantara kedua kakinya -yakni kemaluan-, maka 
dapatlah ia masuk syurga.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi
Dari ‘Utbah bin ‘Amir r.a. katanya: 
“Saya berkata: “Ya Rasulullah, apakah yang menyebabkan keselamatan itu?”
 Beliau s.a.w. bersabda: “Tahanlah lidahmu -yakni hati-hatilah dalam 
berbicara-, hendaklah rumahmu itu dapat merasakan luas padamu 
-maksudnya: lakukanlah sesuatu yang dapat menyebabkan engkau suka tetap 
berada di rumah seperti melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan 
lain-lain- dan menangislah atas kesalahan yang engkau kerjakan.” 
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi
Kadang ada yang bilang, “Ah kita tidak 
menghina. Itu memang betul kok!” Padahal meski benar, itulah yang 
namanya ghibah! Kalau tidak benar, itu fitnah:
Dari Abu Hurairah r.a. 
bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Adakah engkau semua mengetahui, 
apakah mengumpat itu?” Para sahabat menjawab: “Allah dan RasulNya adalah
 lebih mengetahui.” Beliau s.a.w. bersabda: “Yaitu engkau menyebutkan 
sesuatu yang ada dalam diri saudaramu dengan apa-apa yang tidak disukai 
olehnya.” Beliau s.a.w. ditanya: “Bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau 
dalam diri saudara saya itu memang benar-benar ada apa yang dikatakan 
itu?” Beliau s.a.w. menjawab: “Jikalau benar-benar ada dalam dirinya apa
 yang engkau ucapkan itu, maka sungguh-sungguh engkau telah mengumpatnya
 dan jikalau tidak ada dalam dirinya apa yang engkau ucapkan itu, maka 
sungguh-sungguh engkau telah membuat-buat kedustaan pada dirinya 
-memfitnahnya-.” (Riwayat Muslim)
Coba jaga lidah kita meski terhadap 
pembantu kita, istri atau suami kita, anak-anak kita, teman-teman kita, 
dan sebagainya. Jangan menghina, jangan membicarakan aibnya, jangan 
memarahinya dengan ucapan yang tidak pantas. Ini agar kita tidak jadi 
orang yang bangkrut/muflis di akhirat nanti.
Tapi di hari kiamat, ternyata pahalanya 
diambil Allah dan diberikan kepada orang2 yang dia zalimi. Orang2 yang 
dia katai. Orang2 yang dia hina. Dia pukul. Bahkan bunuh.
Saat pahalanya habis dan dosanya masih 
banyak karena dia menghina orang setiap hari. Memfitnah orang setiap 
hari, dsb, maka dosa orang2 yang dia zalimi ditimpakan ke dia.
Akhirnya meski amal ibadahnya banyak, bukannya masuk surga, malah masuk neraka. Mudah2an kita terhindar dari hal seperti itu.
أتَدْرُونَ ما المُفْلِسُ ؟ قالوا : المفْلسُ فينا من لا درهم له ولا متاع. قال : إن المفْلسَ مَنْ يأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة ، ويأتي قد شَتَمَ هذا ، وقذفَ هذا ، وأكل مال هذا ، وسفك دم هذا ، وضرب هذا ، فيُعطَى هذا من حسناته ، وهذا من حسناته ، فإن فَنيَتْ حَسَناتُهُ قبل أن يُقْضى ما عليه ، أُخِذَ من خطايهم فطُرِحَتْ عليه ، ثم يُطْرَحُ في النار
Tahukah kamu siapa orang yang 
bangkrut? Para sahabat menjawab, “Allah dan rasulNya lebih mengetahui.” 
Nabi Saw lalu berkata, ” Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku 
ialah (orang) yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan puasa, 
shalat dan zakat, tetapi dia pernah mencaci-maki orang ini dan menuduh 
orang itu berbuat zina. Dia pernah memakan harta orang itu lalu dia 
menanti orang ini menuntut dan mengambil pahalanya (sebagai tebusan) dan
 orang itu mengambil pula pahalanya. Bila pahala-pahalanya habis sebelum
 selesai tuntutan dan ganti tebusan atas dosa-dosanya maka dosa 
orang-orang yang menuntut itu diletakkan di atas bahunya lalu dia 
dihempaskan ke api neraka.” (HR. Muslim)
Alangkah baiknya orang-orang 
yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak mengurusi 
(membicarakan) aib-aib orang lain. (HR. Ad-Dailami)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar